Chemistry Cinta di Wakatobi




Judul          : Chemistry Cinta di Wakatobi
Pengarang  : Dedi Oedji
Penerbit     : PT Elex Media Komputindo
Tebal         : 336 halaman
 
Reproduksi ulang/re-kreasi karya sastra

Nama tokoh :
Dimas (Bagas)
Lila (Anisa)
Fitria (Wa dambe)

Chemistry Cinta di Wakatobi

Suatu wilayah yang terkenal dengan keindahan laut ini menjadi saksi cinta yang tulus dari seorang lelaki. Dimas adalah mahasiswa yang jatuh bangun mengerjakan skripsinya hingga tak kunjung selesai. Kesibukannya dalam sebuah organisasi membuat ia melalaikan tugas pokoknya tersebut. Akan tetapi demi menunaikan janji kepada alm. ayahnya ia harus menyelesaikan skripsinya itu. Sebelum ayahnya wafat, beliau pernah mengatakan ingin melihat sang anak mengenakan pakaian toga. Tapi sayang, nafas sang ayah terputus lebih dulu.
Sampai pada pertemuannya dengan Lila yang seorang aktivis gender tak lain teman lamanya itu, maka skripsi yang terbengkalai itu digarap kembali oleh Dimas. Lila seorang perempuan yang cerdas, ia sering mendapatkan pujian dan pengakuan publik yang membicarakan isu pemberdayaan perempuan.
Atas saran dan ajakan Lila, Dimass menggarap skripsinya di Wakatobi, tanah kelahiran gadis itu. Lila jugalah yang menjadi pemandu Dimas untuk riset ke Wakatobi sekaligus cuti panjang. Semakin hari Dimas mendapati hal-hal baru di tanah para pelaut itu.
Bagi orang-orang di Wakatobi, laut adalah hidup mereka, tempat tinggal, dan tempat mencari kebutuhan hidup.
Selagi membantu Dimas menuntaskan skripsinya, Lila pergi meninggalkan Dimas karena ia harus kembali ke Jakarta. Bukan tanpa alasan Lila memilih kabur dari Wakatobi, ia tidak setuju untuk ditunangkan dengan Zubair Abdullah, pengusaha kaya disana. Akan tetapi sebagai penggantinya, Anisa meminta saudara angkatnya, Fitria untuk menemani Dimas selama penelitian.
Fitria lah yang mengantar Dimas ke perkampungan Sampela untuk wawancara dan mengamati suku Bajo yang ada di perkampungan itu. Ia juga yang menjadi penerjemah antara Dimas dan nelayan yang diwawancarai. Gadis itu sangat baik. Tidak pernah sekalipun ia mengeluh karena bolak- balik Sampela-Kadelupa bersama Dimas.
Pada akhirnya mereka menjadi semakin akrab. Ketika sedang memperbincangkan tentang Lila, Fitria menuturkan bahwa ia sangat mengagumi Lila yang berhasil diliput oleh majalah nasional namun ia tidak mengerti isi berita mengenai saudaranya itu. Dimas pun berniat untuk mengajari Fitria membaca dan menulis. Awalnya sang gadis menolak karena ia telah hidup dalam tradisi sukunya yaitu, beranggapan bahwa pendidikan tidak diperlukan oleh kaum wanita. Karena pintar membujuk dan mengarahkan, Fitria akhirnya mau juga belajar membaca dan menulis. Fitria yang sangat tekun berlatih akhirnya bisa berhasil menguasai dua keterampilan berbahasa itu. Ia bahkan mengajari perempuan- perempuan Bajo lainnya membaca dan menulis. Tentu saja setiap momen berharga itu tidak lupa Dimas abadikan. Sebagai dedikasinya terhadap kebaikan Fitria, Dimas bermaksud mengikutsertakan foto- foto Fitria ke dalam kontes fotografi dengan tema kegigihan perempuan Bajo.
Ketika Lila mengetahui hal itu, ia marah besar. Dengan alasan bahwa Dimas telah mengeksploitasi Fitria. Namun alasan sebenarnya yang disembunyi Lila adalah karena Lila takut karirnya yang sedang memuncak akan hancur jika publik mengetahui bahwa ia memiliki saudara angkat yang buta huruf. Namun Dimas bersikeras. Sampai akhirnya persahabatan keduanya harus berakhir. Kepada Lila, Dimas mengaku bahwa ia mencintai Fitria. Ada getaran khusus pada diri Dimas saat tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata Fitria. Inilah chemistry yang ia temukan pada Fitria yang belum pernah ia temukan pada gadis lain termasuk pada Lila. Kesederhanaan dan ketulusan Fitria dalam menjalani hidup mendapat nilai plus di mata Dimas.
Malang bagi Fitria, ia dihakimi massa karena hamil di luar nikah. Perempuan itu putus asa. Ia merasa hina. Di saat itulah Dimas datang dan menawarkan cintanya yang tulus. Ia bersedia menikahi Fitia dan menjadi Ayah dari bayi yang akan dilahirkannya nanti.
1 tahun setelah hari itu, bayi perempuan yang sehat dan lucu ada digendongan Fitria. Bayi itu diberi nama Mutiara karena ia berasal dari suku yang hidup di wilayah laut. Tidak sampai disitu kebahagiaan lain yang dirasakan masyarakat disana yaitu mereka mendapat pendidikan membaca dan menulis dari Dimas dan Fitria. Dimas juga telah menyelesaikan skripsinya dan menunaikan janji sang ayah. Ia juga memilih hidup di Wakatobi yang penuh dengan keindahan lautnya.

end

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAPPILY!!

Puisi Untuk Sahabat