Unbeliaveble Story by TH

Yah, ini ketiga kalinya kami dipertemukan. Seorang lelaki yang tidak pernah aku tahu namanya. Pada kondisi yang salah dan keadaan tidak memungkinkan di Pasar Impres, kami bertemu. Aku memakai baju kaos biasa, memakai sendal dan kaos kaki biru karena waktu menunjukkan pukul 13:00. Matahari tepat berada di ubun-ubun kepala jadi dapat dibayangkan dan dirasakan sangat panas keadaan siang itu dan kebetulan aku takut matahari karena bisa mnghitamkan kulit sehingga aku berpenampilan seperti itu dan aku berfikir tidak akan bertemu siapa pun di pasar Impres itu.

Dapat kalian bayangkan diriku saat itu dengan rambut di kuncir dan dengan mimik muka dipenuhin cucuran keringat yang sedikit demi sedikit menetes di bajuku yang keliatan capek krn habis berkeliling pasar, persis seorang pembantu. Akan tetapi ada seseorg yang tetap mengenalku, menegurku dan memanggilku dengan sebutan 'adik'. Aku pun melihatnya dan ternyata dia adalah lelaki yang selalu aku ingin temui. Aku kaget dan terkejut, ia tersenyum padaku sambil membuka topinya dan sangat jelas keliatan kulit kepalanya yang putih. Dia botak, mungkin ia lulus polisi atau sedang mengikuti tes polisi tp entahlah. Kami saling berpandangan dari jauh, aku tak bisa begitu saja melepaskan pandangan dari matanya dan kami pun dipisahkan oleh sebuah lorong kecil. Itu mungkin terakhir kali aku melihatnya, melihat senyumnya dan mendengar ia memanggilku, menyebutku 'adek'.

Pertemuan berawal pada saat aku sampai di kampus dengan mengedarai motor putihku. Seperti biasa aku memarkirkan motorku smbil tersenyum dan menyapa satpam yang biasa menjaga tempat parkir itu, tetapi ada yang berbeda pagi itu. Ada seorang lelaki yang menganggilku. Aku kaget, bermunculan banyak pertanyaan tentang siapa lelaki itu. Mengapa ia memanggilku? apakah aku mengenalnya atau sebaliknya? tapi pertanyaan itu seketika hilang pada saat aku berbalik melihat wajahnya. Sosok yang aku idamkan selama ini berbadan tinggi, putih, rambutnya pendek dan keliatannya baik dan ramah. Ia memanggilku dan disaat itulah aku mulai menyukainya.

Terpesona pada pandangan pertama dan ingin mengenalnya tapi aku malu pada waktu itu. Aku pun tdk menghiraukanya dan sesampai di kelas aku pun menceritakan pertemuan yang tak terduga itu kepada temanku. Yah, teman dekatku. Kami pun tidak bertemu lagi karena kampus kami yang jauh jaraknya. Pertemuan kedua kami dipertemukan di tempat aku biasa fotokopi, tepatnya di fotokopian meriah. Aku bersama temanku pergi kesana karena ada tugas yang belum kami fotokopi dan terpaksa aku pergi kesana. Aku mungkin ramah, seperti biasa aku selalu menyapa dan bercanda dengan penjaga fotokopian itu dan aku tak menyangka ternyata ada dia disampingku dan aq tak menyadarinya. Aku pun bersikap biasa saja seolah tidak mengenalnya. Pada saat itu ternyata kami kekurangan uang untuk membayar fotokopian, kurang seribu rupiah sehingga aku sangat malu waktu itu dan ia hanya melihatku sambil tersenyum dibibirnya. Wajahku merah, aku pun tidak berani melihatnya dan segera pergi. Tapi wktu itu temanku berkata, "Bel tadi dia mau bayarin kita loh". Aku terkejut dan tidak percaya, aku pun berkata "tidak mungkin Sin, mungkin kamu salah denger, mungkin dia ngomong sama orang lain dan itu bukan kita", temanku hanya diam sambil menatapku. Tetapi jauh di dalam hatiku, aku sangat senang karena ia memperhatikan kami disana dan yang paling kusuka kami bertemu kembali setelah sekian lama tidak bertemu.

Pertemuan yang terakhir adalah hari ini pertemuan ketiga kamii, setiap kami bertemu pasti dengan kondisi dan keadaan yang tidak menarik untuk dikatakan sebagai pertemuan melainkan kesialan buatku. Aku tidak mengenal namanya aku hanya memanggilnya dengan sebutan 'kakak itu', yah aku menamainya seperti itu. Satu hal yang aku ingin tahu namanya, aku ingin mengenalnya lebih dekat, tapi tuhan tidak berpihak padaku. Tuhan jika mungkin kami dipertemukan kembali mohon agar pertemuan itu dalam keadaan dan kondisi yang baik, agar kami dapat saling mengenal walau hanya sejam atau semenit bahkan sedetik. Buatlah pertemuan terakhir kami menjadi pertemuan yang indah dan tidak dapat kami lupakan walau mungkin kami tidak akan bertemu kembali karena kami sangat jauh berbeda dengan jarak pemisah. Aku tidak tahu apakah perasaan ini benar atau salah? Apakah aku hanya mengaguminya, mencintainya atau bahkan mungkin hanya perasaan yang datang secara tiba-tiba. Mungkin akan menghilang oleh sang waktu nantinya, entahlah hanya dia sang Pencipta yang akan menjawab pertanyaan ini nantinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAPPILY!!

Puisi Untuk Sahabat