NOVEL : KUBAH

Nama tokoh :
Karman
Parta
Marni
Rudio
Tini
Jabir
Haji Bakir
Bung margo

Desa Pegaten merupakan desa terpencil. Desa ini dibatasi rawa-rawa dan hutan jati yang lebat. Di desa ini ada tiga laskar politik yang saling menjatuhkan.
Salah satu kekuatan memang sedang surut yaitu kekuatan Ahmad Juhdi. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh kekuatan lainnya untuk mengacaukan keamanan desa. Salah satunya perampokak yang terjadi di rumah Haji Bakir. Akan tetapi peristiwa ini justru dimanfaatkan pula oleh Karman yang seorang pegawai kecamatan, dia mengusulkan penahana atas Haji Bakir dengan tuduhan tuduhan bersekongkol dengan perampok. Hal ini dilakukannya karena kebencian Karman pada Haji Bakir yang menolak lamarannya untuk Rifah. Sejalan dengan hal itu Karman yang terjebak masuk dalam laskar Bung Margo dicekoki dengan buku-buku mengenai doktrin-doktrin Marxis. Pandangan-pandangan serta pikiraan-pikirannya semakin mantap di jurang Marxis yang atheis itu. Setelah gagal menikahi Rifah, Karman melangsungkan penikahan dengan Marni. Mereka memiliki 3 orang anak yaitu Rudio, Tini, dan Tono. Kehidupan keluarga muda itu semakin mantap. Hanya ada satu yang tidak berkesesuaian di antara mereka, yaitu Marni merasa tidak bisa meninggalkan ibadahnya, sementara Karman secara terang-terangan mengaku sebagai atheis. Peristiwa 1 Oktober 1965 tersebar kemana-mana, juga di Pegaten. Hal ini membuat Karman gelisah, hingga Pohing yang mengetuk pintu sudah membuat Karman pingsan ketakutan. Bung Margo dan orang lainnya sudah dipaksa masuk ke liang kubur. Marni merasa bersyukur atas perubahan Karman yang kembali beribadah. Kalau malam tiba Karman bersembunyi di masjid atau di rumah ibunya. Suatu hari Karman berpamitan kepada istri dan anak-anaknya. Ia melarikan diri dan bersembunyi di semak-semak belukar. Selama buron Karman selalu merenungkan nasibnya dan keluarganya dengan masuk dalam barisan politik Bung Margo. Sebenarnya ia hanya ingin memperoleh kembali sawah ayahnya dan cinta Rifah. Akhirnya pelarian Karman terhenti, ia berhasil ditangkap dan diasingkan selama 12 tahun. Setelah 12 tahun berlalu maka pulanglah Karman dengan perasaan rendah diri. Saat ia dalam penjara, Marni menikah dengan Parta. Waktu terus berlalu, Tina yang tumbuh menjadi kembang desa dilamar oleh Jabar cucu Haji Bakir. Beliau juga memberikan sawahnya yang satu setengah hektar kepada Tini. Memang, sawah tersebut dahulu adalah milik kakek Tini. Sekarang, Karman sudah berbaur kembali dengan warga desa Pegaten. Memang, sawah tersebut dahulu adalah milik kakek Tini. Pada suatu saat, masjid Haji Bakir yang telah tua itu diperbaiki kembali. Karman mendapatkan kesempatan membuat kubah masjid tersebut. Ia tidak mengambil upah sedikitpun dari pekerjaan itu. Ia hanya ingin mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat yang telah sirna itu. Karman ingin mendapatkan kembali martabatnya sebagai manusia. Dengan kubah itu, Karman merasa memperoleh apa yang diharapkannya. Selain itu Karman ingin merintis jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HAPPILY!!

Puisi Untuk Sahabat